• Vestibulum quis diam velit, vitae euismod ipsum

    Etiam tincidunt lobortis massa et tincidunt. Vivamus commodo feugiat turpis, in pulvinar felis elementum vel. Vivamus mollis tempus odio, ac imperdiet enim adipiscing non. Nunc iaculis sapien at felis posuere at posuere massa pellentesque. Suspendisse a viverra tellus. Nam ut arcu et leo rutrum porttitor. Integer ut nulla eu magna adipiscing ornare. Vestibulum quis diam velit, vitae euismod ipsum? Quisque ...

  • Aliquam vel dolor vitae dui tempor sollicitudin

    Proin ac leo eget nibh interdum egestas? Aliquam vel dolor vitae dui tempor sollicitudin! Integer sollicitudin, justo non posuere condimentum, mauris libero imperdiet urna, a porttitor metus lorem ac arcu. Curabitur sem nulla, rutrum ut elementum at, malesuada quis nisl. Suspendisse potenti. In rhoncus ipsum convallis mauris adipiscing aliquam. Etiam quis dolor sed orci vestibulum venenatis auctor non ligula. Nulla ...

  • Nam ullamcorper iaculis erat eget suscipit.

    Etiam ultrices felis sed ante tincidunt pharetra. Morbi sit amet orci at lorem tincidunt viverra. Donec varius posuere leo et iaculis. Pellentesque ultricies, ante at dignissim rutrum, nisi enim tempor leo, id iaculis sapien risus quis neque. Ut sed mauris sit amet eros tincidunt adipiscing eu vitae lectus. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos ...

Twitter

Archive for Oktober 2011

Produksi ikan patin Indonesia diarahkan untuk bisa menyaingi volume produksi Vietnam.

Hal itu dikemukakan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam siaran pers, Kamis (22/9/2011).

Sehari sebelumnya, ia menetapkan Sungai Musi menjadi kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap. Dengan pencanangan itu, produksi perikanan nasional, khususnya komoditas patin, dapat menyaingi Vietnam selaku negara pengekspor patin terbesar setelah China.

Setiap tahun produksi ikan patin di Vietnam mencapai 1 juta ton. Padahal, kegiatan budidaya dan penangkapan patin di negara itu hanya mengandalkan Sungai Mekong.

”Melalui Sungai Musi, saya berharap produksi patin nasional dapat meningkat melebihi Vietnam,” ujar Fadel.

Minapolitan adalah kawasan ekonomi perikanan hulu hingga ke hilir. Menurut Fadel, bukan tidak mungkin Indonesia dapat melebihi produksi patin Vietnam mengingat banyaknya perairan umum di Tanah Air.

Melalui Minapolitan Sungai Musi, tingkat konsumsi ikan di Provinsi Sumatera Selatan diharapkan dapat meningkat sekitar 65 persen menjadi 41 kg per kapita per tahun. Jumlah itu lebih tinggi dari tahun 2010 yang hanya mencapai 26,42 kg per kapita per tahun.

Tingkat konsumsi itu masih lebih rendah dari rata-rata konsumsi ikan nasional yang saat ini sekitar 30 kg per kapita per tahun. Padahal, produksi perikanan Sumsel cukup besar dibandingkan dengan provinsi lain, yakni mencapai sekitar 296.000 ton pada tahun lalu.

Tahun 2011 Kementerian Kelautan dan Perikanan mengalokasikan anggaran pembangunan kelautan dan perikanan bagi Sumsel sebesar Rp 50,7 milar. Dana itu berasal dari dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, dana alokasi khusus, maupun pengembangan usaha pedesaan.

Minapolitan berbasis perikanan tangkap lautan telah ditetapkan di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Pelabuhanratu, Belawan, dan Tual.

Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di seluruh Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan keluarkan Peraturan Menteri nomor PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI).


Peraturan ini sebagai penyempurnaan dan mengganti Keputusan Menteri Pertanian No.996/Kpts/IK.210/9/1999 tentang Potensi Sumber Daya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan.Upaya ini adalah merupakan langkah maju dalam menerapkan ketentuan internasional Code of Conduct for Responsible Fisheries, atau Tatanan Pengelolaan Perikanan yang Bertanggungjawab atau Berkelanjutan. Sebagaimana kita ketahui sumberdaya perikanan adalah termasuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources). Akan tetapi, bila jumlah yang dieksploitasi lebih besar daripada kemampuan alami untuk kembali, maka sumberdaya tersebut akan berkurang, bahkan bisa habis.

Sederhananya, bila penangkapan ikan lebih banyak dibanding dengan kemampuan ikan memijah, maka wilayah laut tersebut akan miskin. Itulah yang dikenal sebagai kondisi lebih tangkap (over fishing). Sehubungan dengan itu terdapat hitungan Total Allowable Catch (jumlah tangkapan yang diperbolehkan) dan Most Sustainable Yield (jumlah ikan maksimum yang tersedia agar masih bisa lestari).

Untuk menyempurnakan manajemen pemanfaatan perairan itulah maka dilakukan penentuan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) di seluruh Indonesia dari 9 WPP menjadi 11 WPP, yakni merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalamanan, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Kesebelas wilayah pengelolaan perikanan yaitu: Kesatu, WPP-RI 571 meliputi perairan Selatn Malaka dan Laut Andaman; Kedua, WPP-RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda; Ketiga, WPP-RI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat; Keempat, WPP-RI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan; Kelima, WPP-RI 712 meliputi perairan Laut Jawa; Keenam, WPP-RI 713 meliputi perairan Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali; Ketujuh, WPP-RI 714 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera; Kedelapan, WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau; Kesembilan, WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara pulau Halmahera; Kesepuluh, WPP-RI 717 meliputi perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik; Kesebelas, WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur.

Setiap WPP pada prinsipnya memiliki karakteristik yang berbeda, dimana WPP di bagian timur umumnya memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis besar sehingga armada yang beroperasi relatif lebih besar dibandingkan di WPP bagian barat yang sebagian besar potensi sumberdaya ikannya adalah jenis ikan pelagis kecil. Namun demikian, dilihat dari tingkat kepadatan nelayan, WPP bagian barat relatif lebih padat dibandingkan bagian timur sehingga di WPP banyak terjadi kegiatan illegal fishing karena besarnya potensi sumberdaya ikan yang dimiliki di wilayah tersebut. Oleh karena itu, WPP bagian timur banyak disebut sebagai golden fishing ground, seperti Laut Arafura, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik.

Nama perairan yang tidak disebut dalam pembagian WPP-RI diatas, tetapi berada di dalam suatu WPP-RI merupakan bagian dari WPP-RI tersebut. Sedangkan WPP-RI yang disebut dalam Peta WPP-RI dan Peta serta diskripsi masing-masing WPP-RI yang memuat kode, wilayah perairan, dan batas dari masing-masing wilayah pengelolaan. Secara khusus untuk kegiatan penangkapan ikan, dalam peraturan ini disebutkan bahwa penentuan daerah penangkapan dalam perizinan usaha perikanan tangkap agar menyesuaikan pada WPP-RI baru dalam kurun waktu paling lambat 3 (tiga) tahun.

Penataan WPP hanya merupakan salah satu faktor essensial untuk menata sumberdaya perairan. Langkah selanjutnya adalah tetap dilakukan pengkajian stok ikan pada setiap WPP. Atas dasar hasil kajian tersebut maka ditetapkan jenis alat tangkap dan jumlahnya yang dapat diizinkan, dan bila perlu waktu penangkapan yang dialokasikan, atau waktu yang dilarang untuk dilakukan penangkapan ikan (open and close system).

Manajemen penangkapan ikan tersebut pada beberapa WPP sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan karena indikasi dan fakta lebih tangkap telah nyata terdeteksi. Penerapan kebijakan ini tentu tidak sederhana, karena kenyataan yang ada tidak mudah mengalihkan mata pencaharian nelayan tradisional yang sudah terlanjur banyak. Pemindahan lokasi nelayan juga menghadapi masalah kultural, sosial, dan pemasaran. Di beberapa negara telah dilakukan pembelian terhadap kapal nelayan oleh pemerintah guna dimoratorium, untuk melakukan solusi kelestarian sumberdaya perairan. Yang pasti Code of Conduct for Responsible Fisheries harus kita wujudkan, paling tidak secara bertahap, guna kesejahteraan nelayan dan bangsa kita, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang.

Karakteristik Ikan : Ikan mas (Cyprinus carpio Linn) merupakan ikan yang paling banyak dipelihara para petani di Indonesia. Ikan ini tidak saja disenangi konsumen, tetapi juga oleh para petani, mengingat ikan memiliki beberapa sifat yang baik sebagai ikan budidaya. Ikan ini tumbuhnya tergolong cepat, dalam usia setengah tahun sudah dikonsumsi dan laku di pasaran; makan makanan yang berupa tanaman maupun hewan, bahkan dapat mencerna karbohidrat dengan baik; serta masa reproduksinya tergolong cepat dan bertelur banyak, yakni sekitar 100.000-200.000 butir per kg.
Ciri-ciri ikan mas secara umum antara lain sebagai berikut :
  • Bentuk badan agak panjang dan agak pipih, bibir lunak dan dapat disembulkan
  • Memiliki dua pasang sungut/barbell di bibir atas, kadang-kadang satu pasang rudimentir.
  • Jari-jari punggung yang kedua bergigi seperti gergaji
  • Tidak memiliki lambung, tidak bergigi dan sebagai penggarusnya adalah pharing yang mengeras.
Ikan mas memiliki beberapa ras/strain. Masing-masing strain dapat dicirikan dari bentuk tubuh, sisik, bentuk mata atau gerakan. Ras yang telah dikenal diantaranya Majalaya, Sinyonya, Taiwan, Punten, Kumpay, Karper Kaca dan Kancra Domas. Disamping itu di beberapa daerah masih terdapat strain lokal. Diantara strain di atas yang tergolong unggul dan direkomendasikan oleh pemerintah untuk dikembangkan di seluruh Indonesia adalah strain Majalaya dan Sinyonya, dengan tanda-tanda sebagai berikut.
  • Ikan mas Majalaya : warna sisik hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap, badan relatif pendek, punggung tinggi membungkuk dan tipis. Kuduk bagian atas antara kepala dan punggung nyata melekuk. Penampang melintang badan semaikn tipis kearah punggung dan lebih tipis dari ras lain, moncong lebih memipih dari ras lain. Gerakan lamban, suka berenang pada permukaan air apabila diberi pakan. Perbandingan panjang terhadap tinggi badan berkisar 3,2 : 1.
  • Ikan Mas Sinyonya : warna sisik kuning muda, badan relatif panjang, mata tidak menonjol dan normal pada yang lebih muda, tetapi ikan yang sudah dewasa bermata sipit, gerakan lamban dan suka berenang di permukaan air. Perbandingan panjang terhadap tinggi badan berkisar 3,66 : 1.

  1. SEJARAH SINGKAT
  2. Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele ataulindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan namama li (Afrika),plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
  3. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
  4. 2. SENTRA PERIKANAN
  5. Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.

Subsektor argoindustri merupakan salah satu prioritas yang perlu dikembangkan dalam pembangunan nasional, tertitanm dad subsektor perikanan yang dapat mendatangkan devisa negara. Salah satu laktomya adalah industri tersebut berbasih pada sumberdaya thin dan sedikit mengantungkan bahan baku dad impor. Agroindustri sektor perikanan tersehut adalah Industri Wan Tuna, merupakan komoditas ekspor unggulan kedua setelah Udang, pada tahun 1995 nilai ekspor Ikan Tuna sebesar US $ 208.950. Penelitian ini bertujuan antara lain untuk menganalisis; jumlah pengoperasian kapat yang optimal dalam ukuran yang berbeda serta jumlah produksi yang dihasilkan, tingkat keuntungan maksimum yang dapat dicapai, dan alokasi pengunaan faktor-faktor kendala. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan sifat studi kasus, yaitu difokuskan pada pada usaha untuk mendapatkan solusi optimal usaha penangkapan Ikan Tuna di PT. Perikanan Samudera Besar (PSB) , Benoa, Bali, Indonesia, digunakan pendekatan linear programing. Analisis data dari optimasi usaha penangkapan tuna ini menggunakan program komputer LINDO (Linier Interactive Discrete Optimiser), yang meliputi analisis optimal dengan perolehan nilai primal. nilai reduced cost dan nilai slack or surplus dari sumberdaya yang digunakan serta analisis sensitivitas atau kepekaan. Dan hasil analisis menunjukkan bahwa ; Tingkat keuntungan usaha penangkapan ikan tuna di PT. Perikanan Samudera Besar, Benoa, Bali selama satu tahun sebesar Rp. 2.490.344.000,-. Dari kapal yang dimiliki optimal untuk pengoperasian kapal yang dimiliki antara lain : 6 unit kapal ukuran 60 GT, 2 unit kapal ukuran 40 GT, dan 2 unit kapal ukuran 15 GT, sedangkan tmtuk kapal 100GT bemilai no!. Basil tangkapan sebagian besar jenis ikan tuna untuk kualitas ekspor (seperti Bigeye, Bluefin, Yellowfin, Meka dan Marlin) hams dihasilkan secara optimal, karena sumberdaya tuna tersebut akan meningkatkan keuntungan perusahaan, dan tidak akan menurunkan tingkat keuntungannya. Faktor kendala yang dialokasikan untuk tenaga kerja masih belum optimal, karena baru dimanfaatkan tenaga kerjanya sebanyak 280 orang dun masih sisa 40 tenaga kerja yang menganggur dad 320 orang tenaga kerja yang ada. Kendala biaya pengoperasian yang ditetapkan sebesar Rp. 6.934.512.000,- ntasih memiliki sisa sebesar Rp. 5.188.684.000,- dal' hanya Rp. 1.745.828.000,- yang baru dipakai. Kendala ketersediaan sumberdaya ikan tuna untuk beherapa ikan tuna antara lain; Bigeye baru dimanfaatkan sebesar 1,48%, Yelloujin 0,09%, Blue/in 1,13 %, Meka 1,47 %, Marlin ,13 % dan Albacore 1,37 % sehingga pemanfaatan potensi tersebut masih kecil, maka untuk meningkatkan keuntungan perlu ditambah potensi yang ada pada perusahaan tersehut, seperti joinlah kapal, anggaran biaya dan jumlah tenaga kerja.
Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Divisions:Faculty of Fisheries and Marine Sciences > Department of Marine Science
ID Code:22455
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:04 Oct 2010 10:48
Last Modified:04 Oct 2010 10:48

Sistem eksresi ikan (pisces) seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari:
  1. Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O
  2. Kulit kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di dalam air.
  3. Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine

Berkembang dua tipe ginjal pada ikan, yaitu;
  • Pronefros,
Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikan‘hagfish’(Myxine) dan lamprey.
  • Mesonefros
Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota.
Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan laut.

Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi. Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya.

Air garam cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam rendah dapat menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar eksresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan garam. Ginjal berfungsi untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran darah. Korpus renalis lebih besar pada ikan air tawar daripada ikan air laut, sehingga cairan tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over dilusi. Elasmobranchii, tidak seperti kebanyakan ikan air laut, memiliki korpus renalis yang besar dan mengeluarkan air relatif banyak, seperti pada ikan air tawar. Bangunan seperti kantung kemih pada beberapa jenis ikan hanya untuk penampung urine sementara, dan umumnya hanya berupa perluasan dari bagian akhir duktus ekskretori.

Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal. Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui:
- ginjal
- kulit
- membran mulut
  • Osmoregulasi pada ikan air tawar
Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh.
Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi.
  • Osmoregulasi pada ikan air laut
Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar.

Banyak factor yang mennentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu factor teknis dan non teknis.
1.      Faktor teknis
Factor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.
a.       Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai degan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber iar ini bias berasal dari sunggai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.
b.      jenis tanah
tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
c.       Jauh dari pembuangan limbah
Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan loasi yang sumber airnya tercemar, baik ituh oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bias megakibatkan kematian pada ikan.
d.      Kualitas air
Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas ar yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air haarus jernih tapi kaya akan pkan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracung serta suhu, pH sesui dengan jenis ikan yang dibudidayakan.

2.      Faktor non teknis
Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemuudahann memperoleh sarana produk serta kesesuaian dengan lingkungan social budidaya setempat.
a.       Dekat dengan lokasi pemasaran
Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluwarkan untuk pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di prokduksi dan pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
b.      Deka dengan sarana trasportasi
Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatia juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, halini pula berkaian dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang arus di gunakan.
c.       Mudah mendapatkan tenaga kerja
Kemudaha dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang  dikeluwarkan dapat di tekan seminimal mungkin.
d.      Keamana terjamin
Keamana terjamin yang dimaksud di sini adalah keamana yang dapat menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.
e.       Mudah memperoleh sarana produksi
Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam  kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
f.       Lingkungan social budaya
Ligkunga social budaya pun mungkin untuk hal-hal tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan lingkungan social budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan social budaya dan agama di daerah yang dipilih.

PERSIAPAN WADAH DI KOLAM ATAU SAWAH
Untuk mendapatkan ikan yang berkualitas baik, perlu diperhatikan kolam yang baik pula, sebab dengan kolam yang dipersiapakan dengan baik ikan merasa sesuai sehingga akan cepat pertumbuhannya. Beberapa kegiatan yang perludi lakukan untuk menciptakan kondisi tersebut adalah sebagai berkut:

a.       Pengeringan dasar kolam
Pengeringan dasar kolam bertujuan untuk:
1.)    Menghilangkan senyawa-senyawa beracun
2.)    Membunuh hama dan penyakit yang bersarang dalam kolam
3.)    Memperbaiki aerasi (O2) didalam tanah menjadi baik
4.)    Pengeringan dasar kolam di lakukan selama 3-7 hari (tergantung cuaca dan keadaan tanah), yang penting dasar tanah menjadi retak-retak.
b.      Perbaikan pematang dan pengolahan tanahh kolam
Kegiata ini bertujuan untuk:
1.)    Memperbaiki bagian yang rusak (pematang bocor)
2.)    Memperbaikai strutur tanah
3.)    Meningkatkan daya tahan tanah terhadap air
4.)    Menetralisir gas-gas beracun, seperti asam sulfide, amoniak
5.)    Pengolongan dasar kolam  dilakukan dengan membajak  atau mencangkul
c.       Pemupukan dan pengapuran
Pemupukan dan pengapuran bertujuan untuk:
1.)    Memperbaiki pH tanah
2.)    Membrantas hama penyakit ikan
3.)    Kapur ditaburkan setelah kolam benar-benar kering dan agar merata perlu di aduk dengan cangkul
4.)    Dosis kapur sebanyak 15-25 gram/
5.)    Menyediakan pakan unsur hara bagi tumbuhan pakan alami (plankton) yang menjadi makanan ikan
6.)    Pupuk yang diberikan pupuk organik, dosis 0,25-0,5 kg/ ,TSP dengan dosis 10g/ , urea 15g/
Dosis pupuk tersebut tidak mutlak tetapai di sesuaikan dengan tingkat kesuburan, cara pemberian pupuk kandang bias dionggokkan di beberapa tepi kolam atau di sebar pada dasar kolam. Sedangkan untuk pupuk TSP dan urea di sebar pada dasar kolam.
d.      Pengairan kolam
Pengairan kolam ikan dilakukan setelah kegiatan diatas selesai. Ketinggian air yang di perlukan antara 40-50 cm, air tersebut di biarkan selama 5-7 hari agar kolam di tumbuhi plankton. Tanda-tanda air yang ditumbuhi plankton biasanya berwarna kehijau-hijauan.

PENEBARAN BENIH
A.    Syarat Benih
Benih yang sehat memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1)      Gerakannya lincah
2)      Tidak cacat dan tidak luka di tubuh
3)      Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit
4)      Besarnya kurang lebis seragam
B.     Jenis Ikan

a.)    Ikan herbivora, yaitu ikan pemakan tumbuhan misalnya, ikan tawes dan gurame
b.)    Ikan carnivore, yaitu ikan pemakan daging misalnya, ikan lele, bawal
c.)    Ikan omnivora, yaitu ikan pemakan segala jenis pakan, misalnya ikan nila, dan ikan mas.
C.     Penebaran Benih
Benih ikan dapat ditebar di kolam bila kondisi kolam telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1.)    Kedalaman air dapat dipertahankan 60-75 cm
2.)    Air sudah ditumbuhi plankton atau makanan alami
3.)    Kualitas airnya baik dengan kriteria kandungan oksigen terlarut minimal 4 ppm, pH air 6-8, dan suhu air 23- C.
1.      Padat penebaran
Faktor yang menentukan padat penebaran (jumlah ikan / ) adalah pemberian pakan, kesuburan kolam, ukuran ikan yang ditebar, lamanya pemeliharaan dan lain sebagainya.
2.      Waktu Penebaran
Waktu penebaran benih ikan umumnya dilakukan pada pagih hari atau sore hari, padasaat airnya sejuk sehingga benih ikan yang ditebar tidak setress (mati).
3.      Cara penebaran
-          Penebaran ikan dilakukan dengan cara aklimatisasi, yaitu penyesuaian suhu air pada wadah benih dengan air kolam, penyesuaian kualitas air.
-          Aklimatisasi dilakukan selama 15-30 menit sampai suhu air pada wadah benih sama dengan air kolam dengan cara kantong plasatik berisi benih ikan langsung di apungkan dalam air kolam.
-          Pelepasan benih dilakukan dengan cara memiringkan wadah benih sampai ikan keluar dengan sendirinya.
PEMELIHARAAN IKAN
A.    Metode Pemeliharaan ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu monokultur, polikultur, dan mixkultur.
1.      Monokultur
Metode pemeliharaan ikan dimana dalam satu wadah hanya ditanam satu jenis ikan saja, dan umumnya pemeliharaannya dilakukan secara intensif.
2.      Polikultur
Metode pemeliharaan ikan dimana dalam satu wadah hanya ditanan lebih dari satujenis ikan. Tidak semua jenis ikan dapat dipelihara secara polikultur. Pertimbangan pemeliharaaan ikan dengan menggunakan metode ini adalah efisiensi penggunaan wadah, efisiensi penggunaan pakan.
3.      Mixkultur
Metode pemeliharaan ikan dimana dalam satu wadah selain ditanami ikan juga ditanami non ikan seperti padi, itik dan lain sebagainya. Beberapa metode mixcltur yang umum dilaksanakan saat ini adalah mina padi, mina ayam.


B.     Pemberian Pakan
Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang diberikan optimal maka jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai serta sesuai dengan jenis atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan cara pemberiannya yang tepat.

1.      Kanduungan pakan ikan
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang diberikan harus menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di ubah mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama, kandungan protein pada pakan harus berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975)
2.      Jumlah pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan yang diberikan kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi adalah pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk memprtahankan kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebiha ikan tidak akan menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan yang dipelihara.
3.      Jenis pakan ikan
Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujudnya masih asli. Keadannya bias hidup, mati, segar ataupun awetan, contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan lain-lain. Pakan buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujud asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu sehingga bahan lebih dari satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur oleh pembuatnya.
4.      Bentuk pakan ikan
Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan buatan bias dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya. Macam-macam bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah bentuk emulsi, pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.
5.      Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara intensif seperti di jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata 5 kali sehari. Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif pemberian pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.
6.      Cara pemberian pakan
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan automatic deman feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara pemberian pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.
C.     Pengamatan pertumbuhan ikan
Untuk mengetahuai pertumbuhan ikan yang dipelihara dapat dilakukan melalu sampling. Dari hasil sampling tersebut dapat dihitung konversi pakan untuk megetahui kualitas pakan pakan yang baik dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Konversi pakan  =  

Keterangan:
F          :Jumlah pakan yang diberikan selama pemelihraan
Wo      :Berat awal iakn rata-rata
Wt       :Berat akhir ikan rata-rata
D         :Jumlah berat iakn yang mati selama pemeliharaan
Apakah nilai konversi pakan rendah maka berarti kualitas pakan yang diberikan baik (analog pertumbuhan ikan baik). Namun bila konversi pakannya tinggi berarti pakannya kurang baik (analog dengan pertumbuhan ikan kurang baik).
            PEMANENAN DAN PASCA PANEN
A.    Pemanenan
Hal-hal yang berkaitan dengan pemanenan yang perlu diperhatikan agar tidak mengalami keggalan atau kerugian itu dapat dihindari seminimal mungkin, maka harus diperhatikan alat yang digunakan baik jumlah, jenis, ukuran, maupun bahannya, cara panen waktu panen, dan metodenya harus tepat.
1.      Alat panen ikan
Pemilihan macam alat yang digunakan harus disesuaikan, karena penggunaan alat ini tergantung dari ukuran ikan yang akan dipanen, jumlah ikan yang dipanen,jenis ikan yang dipanen, jumlah tenaga kerja yang tersedia, metode yang digunakan,efisiensi dan efektifitas yang diharapkan. Jenis-jenis alat yang digunakan dalam kegiatan panen ikan adaalah hapa, ember, seser, anco, dan lain-lain.
a.       Hapa
Hapa ini merupakan alat yang cukup penting untuk pemanenan ikan, fungsinya untuk penampungan ikan hasil panen sebelum ikan diseleksi dan di pak. Hapa ini dapat digunakan untuk semua jenis ikan dan ukuran ikan yang dipanen, hanya ukuran dan mesnay harus disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipanen, semakin besar ukuraan ikan yang dipanen semakin besar pula hapanya(baik mes maupun volumenya).
b.      Seser
Kegunaan seser adalah untuk menangkap ikan setelah air kolam surut,namun perlu diperhatikan besar kecilnya ukuran seser, halus kasarnya mess seser dan kasar halusnya bahan seser yang digunakan harus disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran ikan dan jenis ikan yang di panen.
c.       Anco
Anco bias digunakan untuk memanen ikan apa bila ikan yang akan dipanen tidak terlalu banyak serta air kolamnya tidak dikeringkan. Namun perlu diperhatikan pula ukuran dan jenis ikan yang akan dipanen. Ikan-ikan yang bisa dipanen dengan menggunakan anco adalah ikan-ikan yang berukuran kecil dan tidak mempunya duri yang tajam serta jumlahnya tidak terlalu banyak.
2.      Metode panen
Prinsi pemanenan ikan dapat dilakukan denga dua metode, yaitu metode panen secara selektif dan metode panen secara total. Panen selektif yaitu pemanenan ikan hanya dengan cara hanya memanen sebagian saja, yaitu ikan-ikan yang berukuran atau yang dikehendaki sesuaai permintaan. Sedangkan panen total adalah ikan dipanen tanpa melihat besar kecinya ukuran ikan.
3.      Cara panen
Cara panen yang digunakan tergantung dari keperluan, efisiensi, efektifitas yang diharapkan serta wadah budidaya ikan yang dipergunakan. Cara paanen ikan dapat digunakan dengan dua cara, yaitu dengan cara mengeringkan kolam budidaya lalu ikan ditangkap atau ikan ditangkap tanpa mengeringkan kolam.
4.      Waktu panen
Pemilihan waktu dalam pemanenan ikan ditentukan jauh dekatnya lokasi pemasaran. Biasanya ikan dipanen sore hari atau pagi hari (subuh).

B.     Pasca panen
Setelah ikan selesai dipanen dan sudah terkumpul pada wadah penampungan, tahap berikutnya adalah menseleksi ikan-ikan yang memenuhi standar untuk dijual, baik dilihat dari ukurannya, warna, jenis kelamin, bentuk tubuh, dan kesehatannya. Lalu sebaiknya bila ikan akan diangkut untuk dipasarkan maka sebaiknya dilakukan pengepakan dengan mengunakan kantong plastik yang berisi air dan ditambah oksigen.
Tempat penampungan ikan biasanya berupa bak yang dilengkapi dengan sarana pengairan atau berupa aluran yang airnya mengalir terus menerus. Di tempat penampungan ini akan bias diamati kesehatannya (kualitasnya).

            PENGEPAKAN DAN PENGANGKUTAN
1.      Pengankutan
Hasil akhir dari pemeliharaan ikan perlu diperhatikan mengenai pengangkutan ikan.
            Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Suhu udara disekelilignya
Sebenarnya ikan masih tahan hidup pada suhu C s.d C, pada batas-batas suhu tersebut ikan sudah gelisah, kehilangan keseimbangan ataupun mabuk karena harus bernapas lebih cepat lagi, karena hal ini akan menghabiskan energi/tenaga. Pada suhu yang tinggi oksigen dari udara akan lebih rendah penyerapannya di dalam air suhu yang paling cocok untuk pengangkutan ikan ialah C.
b.      Kadar oksigen dan karbondioksida yang terlarut
Kebutuha oksigen untuk ikan besar dan kecil adalah berbeda, hal ini didasarkan atas perbedaan permukaan insangnya. Ikan besar jelas insangnya lebih luas permukaannya, maka oksigen yang diperlukan oleh ikan tersebut relatif lebih banyak di bandingkan dengan ikan yang berukuran kecil.
Tetap bila dibandingkan dengan satuan berat yang sama maka ikan besar lebih sedikit membutuhkan oksigen bila dibandingkan dengan ikan kecil sebab dalam satua berat yang sama ikan kecil memiliki jumlah permukaan insang yang lebih luas dibandingkan dengan ikan besar. Oleh karena itu bila pengangkutan ikan kecil harus banyak diperhatikan akan kebutuhan oksigennya,selain itu juga perlu di ingat bahwa ikan kecil kondisinya lebih lemah dibadingkan ikan besar.
c.       Pengaruh pH
Pada akhir pengangkutan ikan kadar pH akan turun, sifat air menjadi asam. Hal ini di sebabkan meningkatnya kadar CO2 dan juga karena banyaknya kotoran. Semua itu memegang peranan penting dalam goncangan pH. Ikan dapat tahan dalam pengankutan dengan pH air sekitar 6,3-7,6.
2.      Sisem Pengangkutan Ikan
a.       Pengangkutan Terbuka
Dengan menggunakan pengankutan terbuka, maka kebutuhan akan oksigen tidak begituh masalah karena oksigen dari udara dapat selalu terserap dalam air dan zat asam arang dalam air dapat terusir ke udara. Contohnya, pengankutan ikan dengan karambah pikul yang terbuat dari anyaman bambu, ember atau baskom plastik ataupun bangle yang terbuat dari tanah.
b.      Pengangkutan Tertutup
Pengangkutan tertutup adaalah system pengangkutan dimana antara ikan yang diangkut tidak dapat berhubungan langsung udara luar. Ikan benar-benar tersekap dan kelangsungan hidupnya tergantung pada kondisi alat pengangkut tersebut(kantong plastik), maka kita haarus member oksigen yang cukup kedalam alat pengangkut tersebut.
3.      Jumlah ikan yang diangkut dan ukurannya
Jumlah ikan yang diangkut harus diperkirakan agar dapat menjamin keselamatan ikan tersebut.
4.      Pemberokan
Untuk mengurangi metabolisme ikan selama dalam pengangkutan maka sebelum ikan diangkut perlu diberokan atau dilapangkan dahulu. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
a.       Mengurangi jumah kotoran yang dikeluwarkan agar kondisi air tetap baik.
b.      Menenangkan ikan selama dalam pengangkutan
c.       Mengadakan seleksi terhadap kesehatan ikan, maupun jenis ukuran ikan yang diperlukan.

Jakarta, 26/10 (ANTARA) - Peran perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam hal pembiayaan sangat penting untuk pengembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan. Disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo saat menghadiri Workshop Proyeksi Pembiayaan Industri Perikanan Tangkap hari ini (26/10), bertempat di Gedung Bank Indonesia, Jakarta. Cicip melanjutkan bahwa tanpa adanya dukungan lembaga pembiayaan, pelaku usaha kelautan dan perikanan susah dalam meningkatkan kapasitas usahanya. "Peran aktif perbankan atau lembaga pembiayaan diharapkan dapat memutus ketergantungan nelayan dan pelaku usaha kelautan dan perikanan dari pinjaman bunga tinggi dari para pelepas uang", ujarnya.
     Lebih lanjut Cicip menyebut bahwa pembiayaan formal sektor kelautan dan perikanan, khususnya UMKM  masih sulit untuk diakses. Stigma usaha penangkapan ikan sebagai usaha high risk akibat minimnya informasi yang diperoleh pihak perbankan. Saat ini pemerintah telah memfasilitasi  berbagai skim kredit program bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). "skim komersial sekalipun masih sulit untuk diakses nelayan utamanya karena terbatasnya penyediaan agunan tambahan dari para nelayan dan kurangnya informasi", ucap Cicip.
     Pada tahun 2011, KKP mulai merintis penjaminan aset kapal perikanan sebagai agunan tambahan. Merujuk Peraturan Bank Indonesia Nomor : 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, pasal 46, kapal perikanan berukuran 20 m3 atau setara dengan 5 GT yang diikat dengan hipotek secara regulasi sah untuk dijadikan agunan tambahan dengan persyaratan kapalnya telah dilindungi asuransi. Untuk mengatur bukti kepemilikan Buku Kapal Perikanan (BKP), KKP telah menerbitkan regulasi berupa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.27/MEN/2009 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan. Dalam Permen tersebut, penerbitan BKP dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis. Pertama, buku yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, adalah kapal berukuran  di atas 30 GT ditandai dengan sampul berwarna merah. Kedua, buku yang diterbitkan oleh Gubernur adalah kapal yang berukuran 10 - 30 GT ditandai dengan sampul berwarna kuning. Ketiga, buku yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota, adalah kapal berukuran  di bawah 10 GT ditandai dengan sampul berwarna hijau.
     Dukungan permodalan perbankan dalam upaya pengembangan usaha di bidang kelautan dan perikanan menciptakan kemandirian dan terlepas dari ketergantungan rentenir. Kredit Usaha Rakyat (KUR) saat ini tercatat bahwa dari plafon sebesar Rp. 54,87 triliun, hanya sebesar Rp 68,2 miliar yang diperuntukan bagi perikanan. Dari jumlah tersebut, hingga Agustus 2011 tercatat KUR Nasional telah tersalurkan sebanyak Rp 28,53 triliun, dan sebanyak Rp  53,56 miliar telah diserap sektor perikanan. Fakta ini menunjukan bahwa penyerapan KUR untuk sektor ini sangat tinggi meskipun alokasinya sangat terbatas dibandingkan sektor lain.
     Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Dr. Yulistyo Mudho, M.Sc.,Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi,Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811836967)

Denpasar (ANTARA News) - Indonesia mempunyai potensi sektor perikanan yang sangat besar, namun produksinya baru sekitar 10 juta ton selama tahun 2009.

Produksi tersebut diharapkan bisa ditingkatkan minimal menjadi 12 juta ton dalam tahun 2010, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad ketika mencanangkan gerakan makan ikan (Gemar ikan) di Taman Budaya Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, produksi sebanyak 10 juta ton itu untuk memenuhi konsumsi masyarakat sehari-hari dan sebagian lainnya sebagai matadangan yang mampu menembus pasaran ekspor.

Ekspor hasil perikanan mempunyai peran yang sangat pentingnya artinya dalam meningkatkan perolehan devisa negara.

Dalam acara yang dihadiri Wakil Gubernur Bali AAN Puspayoga itu, Menteri Fadel Muhammad menambahkan, melalui gerakan gemar makan ikan diharapkan mampu meningkatkan produksi perikanan, baik perikanan laut, maupun pengembangan perikanan air tawar.

Untuk itu pihaknya mendorong peningkatan dan pemerataan konsumsi ikan secara nasional, dengan harapan mampu mencetak sumber daya manusia yang bermutu serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ia mengaku, Indonesia menghadapi hambatan, belum mampu secara maksimal memanfaatkan potensi sumber daya ikan untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional.

Hal itu tercermin dari tingkat konsumsi ikan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia serta sesuai anjuran pola pangan harapan untuk mengkonsumsi 31,4 kg perkapita setiap tahunnya.(I006/P004)

Followers

About Me

Foto Saya
Nova Jessica
Lihat profil lengkapku

Sponsors

JAM

FASILITAS PENGUNJUNG

Popular Posts

Bagaimanakan pendapat anda tentang Blog ini??